Sejenak ku termenung, kala kutatap luka hatiku yang masih terbuka
Setetes darah mengalir diantaranya, oh.. betapa lemah sungguh diri terasa,
Air mata tumpah tak sanggup menaggung duka,
Oh.. masih adakah ruang maaf di jiwa untuk diri yang melupakan karunia?
Kembali ku ke alam fana,
Saat kutemui raja yang tidak rela akan keberadaan para pewaris tahta sesungguhnya
Pewaris tahta yang datang dengan membawa sekeping permata
Namun dusta membuatnya terlihat bagai angkara murka,
Murka boleh melanda, tapi asa tidak akan sirna
Karena jika saatnya tiba, permata inilah yang akan menyinari dunia
Menyinari dunia dalam keabadian cinta..
Sejenak ku pergi kembali, ke sebuah negeri dengan emas berkilau di setiap hamparannya
Meskipun tidak seluruhnya memancarkan cahaya, meskipun sebagian masih tertutup debu-debu angkasa,
Damai terasa di jiwa saat melihat kilaunya…
Damai terasa saat melihat para pendulangnya tersenyum mesra,
Menggugah sukma, tuk menelisik indahnya makna
Makna dari sebuah perjuangan meraih bintang yang jauh di sana,
Untuk menyinari dunia dalam keabadian cinta..
Ah, aku harus kembali lagi ke alam fana..
Aku harus kembali tuk mendulang baja demi pencarian indahnya permata,
Aku harus pergi, tapi aku akan kembali ke negeri emas ini,
Entah lusa atau di kemudian hari,,
Karena dari sini, akan ku kayuh perahuku menuju samudra dunia
Tuk kemudian terbang membelah angkasa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar