Wah, setelah sekian lama off akhirnya, datang juga kesempatan untuk nge-blog lagi. Tapi, ternyata belum siap bahan posting selanjutnya. Maka, untuk mengisi kekosongan blog ini, dan untuk nge-tes "perubahan" yg baru kulakukan, aku post saja salah satu tugas kuliahku ini, hehehehe.. semoga bisa jadi bacaan yang bermanfaat..
Pengamatan Terhadap Petugas Pemeriksa Karcis Kereta Listrik (KRL) di Stasiun Universitas Indonesia
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang hampir setiap hari melakukan perjalanan dari Bogor ke Uni¬versitas Indonesia (UI) dengan memanfaatkan jasa kereta listrik (KRL), di semua stasiun pem¬ber¬henti¬an kereta listrik jalur Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek), terdapat beberapa orang, umumnya pria, yang memakai seragam biru gelap, berjaga di sekitar pintu keluar stasiun, dan memeriksa setiap penumpang yang hendak melintasi pintu keluar stasiun apakah mereka membawa karcis kereta listik atau tidak. Orang-orang ini penulis sebut sebagai “Petugas Pemeriksa Karcis KRL”. Seperti sempat disebutkan di awal paragraf ini, di semua stasiun kereta listrik Jabodetabek terdapat petugas pemeriksa karcis KRL, termasuk stasiun UI. Melalui essay ini penulis akan menyampaikan hasil pengamatan (observasi) terhadap para petugas pemeriksa karcis KRL di Stasiun UI. Observasi atau pengamatan ini penulis lakukan dalam rangka meyelesaikan tugas observasi yang diberikan oleh dosen mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah. Tugas ini deberikan untuk kelompok namun pada laporan hasil observasi nanti, setiap anggota kelompok diharusnya membuat laporannya masing-masing. Kelompok penulis memilih untuk mengobservasi petugas pemeriksa karcis ini dengan alasan agar observasi yang dilakukan tidak perlu mengambil tempat di luar kampus UI. Alasan kedua ialah karena letak stasiun UI yang tidak jauh dari area kampus Fakultas Psikologi UI. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki sekitar dua menit dari area fakultas. Dan alasan ketiga ialah salah satu anggota kelompok pernah mempunyai penggalaman yang tidak menyena¬ng¬kan; digoda, diperlakukan tidak sopan, oleh seorang petugas pemeriksa karcis KRL. Mes¬ki¬¬pun demikian, bukan berarti observasi ini juga dilakukan untuk “balas dendam”. Observasi ini dilakukan untuk melihat apa saja yang mereka lakukan selain memeriksa karcis para penumpang yang baru turun dari kereta yang datang sebelum mereka keluar dari area stasiun. Dalam mengamati hal yang dilakukan dan tingkah laku para petugas pemeriksa karcis KRL ini, penulis melakukan pengamatan sebanyak 3 kali. Satu kali dilakukan bersama-sama dengan seluruh anggota kelompok, 1 kali dilakukan sendiri oleh penulis, dan 1 pengamatan terakhir dilakukan bersama salah satu anggota kelompok bernama Junius. Observasi pertama dilakukan sendiri oleh penulis pada tanggal 7 Oktober 2008, sejak pukul 16.32 sampai dengan pukul 17.00. Dari pengamatan pertama ini, penulis mendapati bahwa petugas pemeriksa karcis KRL ini melakukan 3 hal utama (karena dilakukan berulang-ulang).
Selain memeriksa karcis penumpang yang baru turun dari kereta sebelum mereka meninggalkan stasiun, para petugas pemeriksa karcis ini juga memeriksa setiap penumpang yang masuk ke peron, memastikan mereka sudah memilki tiket untuk melakukan perjalan dengan KRL. Hal lain yang dilakukan oleh para petugas ini ialah mengawasi agar tidak ada orang yang melintasi rel kereta untuk sekedar menyebrang maupun berpindah dari peron satu ke peron yang lainnya ketika ada kereta yang hendak melintas atau memasuki stasiun UI. Ketiga hal tadi penulis asumsikan sebagai tugas untuk para petugas pemeriksa karcis KRL karena ketiga hal tadi dilakukan secara terus menerus (berulang-ulang) dalam tiga keadaan yang berbeda. Memeriksa karcis para calon penumpang dilakukan ketika tidak ada kereta yang melintas. Mengawasi agar tidak ada yang melintasi rel kereta untuk sekedar menyebrang maupun berpindah peron dilakukan ketika kereta yang hendak melintas maupun masuk dan berhenti di stasiun. Dan memeriksa karcis para penumpang yang baru turun dari kereta sebelum meninggalkan area Stasiun UI saat ada kereta yang berhenti.
Observasi berikutnya (kedua dan ketiga) dilakukan pada 8 dan 10 Oktober 2008. Observasi kedua (8 Oktober 2008) penulis lakukan bersama seluruh anggota kelompok pada pukul 16.51 hingga pukul 17.15. Hasil observasi yang kedua ini tidak menunjukkan adanya tugas lain dari para petugas pemeriksa karcis KRL selain ketiga tugas yang sudah disebutkan sebelumnya. Pada observasi ketiga (10 Oktober 2008, 18.55-19.10) pun sama. Tugas dari para petugas pemeriksa karcis yang teramati oleh penulis tidaklah berbeda dari hasil dua pengamatan sebelumnya. Memeriksa karcis, memastikan para calon penumpang sudah memiliki karcis, dan mengawasi agar tidak ada yang melintasi rel kereta saat ada kereta yang hendak masuk ke stasiun atau hanya melintas. Dari kesamaan ini kita dapat berasumsi bahwa memang tugas petugas pemeriksa karcis KRL adalah ketiga hal yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Ada pula fakta lain yang penulis dapati dari hasil observasi ini adalah petugas pemeriksa karcis ini kadang bertukar posisi dan pekerjaan dengan petugas yang bertanggung jawab pada penjualan karcis, atau dengan kata lain dapat terjadi pergiliran tugas antara petugas pemeriksa karcis dengan petugas yang menjual karcis.
Cara para petugas tersebut melaksanakan tugas-tugasnya juga penulis observasi. Tugas memeriksa karcis para penumpang yang baru turun dari kereta dilakukan dengan berdiri di dekat pintu ke arah luar area stasiun, karena ada 2 pintu ditempatkanlah masing-masing 2 petugas di setiap pintu sehingga total petugas yang bertugas saat itu ada 4 orang, berdiri dengan posisi siap menghadang penumpang yang mencoba melewati tanpa mau menyerahkan karcis. Terlihat agak sulit untuk mencoba melewati mereka tanpa menyerahkan karcis. Namun, bukan berarti tidak ada celah. Dari yang penulis amati, jika ada sesuatu yang mengalihkan perhatian para petugas pemeriksa karcis seperti orang lain yang memanggil, lamanya penumpang mempersiapkan karcis untuk diserahkan, maupun terlalu ramainya stasiun akibat “jam sibuk”, kesempatan untuk bisa melewati pintu tanpa harus meyerahkan karcis bisa terbuka. Penumpang yang tidak memilki karcis bisa memanfaatkan kelengahan ini untuk lewat begitu saja tanpa memberikan bukti bahwa ia telah membeli karcis perjalanan. Sementara dalam mengawasi agar tidak ada penumpang yang melintasi rel ketika ada kereta yang hendak memasuki stasiun, petugas pemeriksa karcis kerap beberapa kali terlihat memperingatkan penumpang untuk menunggu kereta lewat (masuk) terlebih dahulu baru menyebrang. Beberapa kali terlihat para salah seorang dari petugas tadi meniupkan peluit untuk memperingatkan penumpang akan adanya kereta yang akan melintas. Namun tetap saja ada yang menyebrangi rel kereta. Secara umum para petugas ini akan bersikap tegas dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tapi bukan berarti mereka tidak ramah. Di beberapa kesempatan penulis melihat para petugas ini bersenda gurau dengan penumpang-penumpang yang sudah akrab dengan mereka.
Sebagai penutup, penulis menyimpulkan bahwa dari tiga kali observasi tugas petugas pemeriksa karcis KRL adalah memeriksa karcis penumpang baik yang turun maupun yang hendak naik KRL dan mengawasi keselamatan penumpang di stasiun.
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, seorang mahasiswa Universitas Indonesia yang hampir setiap hari melakukan perjalanan dari Bogor ke Uni¬versitas Indonesia (UI) dengan memanfaatkan jasa kereta listrik (KRL), di semua stasiun pem¬ber¬henti¬an kereta listrik jalur Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Jabodetabek), terdapat beberapa orang, umumnya pria, yang memakai seragam biru gelap, berjaga di sekitar pintu keluar stasiun, dan memeriksa setiap penumpang yang hendak melintasi pintu keluar stasiun apakah mereka membawa karcis kereta listik atau tidak. Orang-orang ini penulis sebut sebagai “Petugas Pemeriksa Karcis KRL”. Seperti sempat disebutkan di awal paragraf ini, di semua stasiun kereta listrik Jabodetabek terdapat petugas pemeriksa karcis KRL, termasuk stasiun UI. Melalui essay ini penulis akan menyampaikan hasil pengamatan (observasi) terhadap para petugas pemeriksa karcis KRL di Stasiun UI. Observasi atau pengamatan ini penulis lakukan dalam rangka meyelesaikan tugas observasi yang diberikan oleh dosen mata kuliah Logika dan Penulisan Ilmiah. Tugas ini deberikan untuk kelompok namun pada laporan hasil observasi nanti, setiap anggota kelompok diharusnya membuat laporannya masing-masing. Kelompok penulis memilih untuk mengobservasi petugas pemeriksa karcis ini dengan alasan agar observasi yang dilakukan tidak perlu mengambil tempat di luar kampus UI. Alasan kedua ialah karena letak stasiun UI yang tidak jauh dari area kampus Fakultas Psikologi UI. Cukup ditempuh dengan berjalan kaki sekitar dua menit dari area fakultas. Dan alasan ketiga ialah salah satu anggota kelompok pernah mempunyai penggalaman yang tidak menyena¬ng¬kan; digoda, diperlakukan tidak sopan, oleh seorang petugas pemeriksa karcis KRL. Mes¬ki¬¬pun demikian, bukan berarti observasi ini juga dilakukan untuk “balas dendam”. Observasi ini dilakukan untuk melihat apa saja yang mereka lakukan selain memeriksa karcis para penumpang yang baru turun dari kereta yang datang sebelum mereka keluar dari area stasiun. Dalam mengamati hal yang dilakukan dan tingkah laku para petugas pemeriksa karcis KRL ini, penulis melakukan pengamatan sebanyak 3 kali. Satu kali dilakukan bersama-sama dengan seluruh anggota kelompok, 1 kali dilakukan sendiri oleh penulis, dan 1 pengamatan terakhir dilakukan bersama salah satu anggota kelompok bernama Junius. Observasi pertama dilakukan sendiri oleh penulis pada tanggal 7 Oktober 2008, sejak pukul 16.32 sampai dengan pukul 17.00. Dari pengamatan pertama ini, penulis mendapati bahwa petugas pemeriksa karcis KRL ini melakukan 3 hal utama (karena dilakukan berulang-ulang).
Selain memeriksa karcis penumpang yang baru turun dari kereta sebelum mereka meninggalkan stasiun, para petugas pemeriksa karcis ini juga memeriksa setiap penumpang yang masuk ke peron, memastikan mereka sudah memilki tiket untuk melakukan perjalan dengan KRL. Hal lain yang dilakukan oleh para petugas ini ialah mengawasi agar tidak ada orang yang melintasi rel kereta untuk sekedar menyebrang maupun berpindah dari peron satu ke peron yang lainnya ketika ada kereta yang hendak melintas atau memasuki stasiun UI. Ketiga hal tadi penulis asumsikan sebagai tugas untuk para petugas pemeriksa karcis KRL karena ketiga hal tadi dilakukan secara terus menerus (berulang-ulang) dalam tiga keadaan yang berbeda. Memeriksa karcis para calon penumpang dilakukan ketika tidak ada kereta yang melintas. Mengawasi agar tidak ada yang melintasi rel kereta untuk sekedar menyebrang maupun berpindah peron dilakukan ketika kereta yang hendak melintas maupun masuk dan berhenti di stasiun. Dan memeriksa karcis para penumpang yang baru turun dari kereta sebelum meninggalkan area Stasiun UI saat ada kereta yang berhenti.
Observasi berikutnya (kedua dan ketiga) dilakukan pada 8 dan 10 Oktober 2008. Observasi kedua (8 Oktober 2008) penulis lakukan bersama seluruh anggota kelompok pada pukul 16.51 hingga pukul 17.15. Hasil observasi yang kedua ini tidak menunjukkan adanya tugas lain dari para petugas pemeriksa karcis KRL selain ketiga tugas yang sudah disebutkan sebelumnya. Pada observasi ketiga (10 Oktober 2008, 18.55-19.10) pun sama. Tugas dari para petugas pemeriksa karcis yang teramati oleh penulis tidaklah berbeda dari hasil dua pengamatan sebelumnya. Memeriksa karcis, memastikan para calon penumpang sudah memiliki karcis, dan mengawasi agar tidak ada yang melintasi rel kereta saat ada kereta yang hendak masuk ke stasiun atau hanya melintas. Dari kesamaan ini kita dapat berasumsi bahwa memang tugas petugas pemeriksa karcis KRL adalah ketiga hal yang telah penulis sebutkan sebelumnya. Ada pula fakta lain yang penulis dapati dari hasil observasi ini adalah petugas pemeriksa karcis ini kadang bertukar posisi dan pekerjaan dengan petugas yang bertanggung jawab pada penjualan karcis, atau dengan kata lain dapat terjadi pergiliran tugas antara petugas pemeriksa karcis dengan petugas yang menjual karcis.
Cara para petugas tersebut melaksanakan tugas-tugasnya juga penulis observasi. Tugas memeriksa karcis para penumpang yang baru turun dari kereta dilakukan dengan berdiri di dekat pintu ke arah luar area stasiun, karena ada 2 pintu ditempatkanlah masing-masing 2 petugas di setiap pintu sehingga total petugas yang bertugas saat itu ada 4 orang, berdiri dengan posisi siap menghadang penumpang yang mencoba melewati tanpa mau menyerahkan karcis. Terlihat agak sulit untuk mencoba melewati mereka tanpa menyerahkan karcis. Namun, bukan berarti tidak ada celah. Dari yang penulis amati, jika ada sesuatu yang mengalihkan perhatian para petugas pemeriksa karcis seperti orang lain yang memanggil, lamanya penumpang mempersiapkan karcis untuk diserahkan, maupun terlalu ramainya stasiun akibat “jam sibuk”, kesempatan untuk bisa melewati pintu tanpa harus meyerahkan karcis bisa terbuka. Penumpang yang tidak memilki karcis bisa memanfaatkan kelengahan ini untuk lewat begitu saja tanpa memberikan bukti bahwa ia telah membeli karcis perjalanan. Sementara dalam mengawasi agar tidak ada penumpang yang melintasi rel ketika ada kereta yang hendak memasuki stasiun, petugas pemeriksa karcis kerap beberapa kali terlihat memperingatkan penumpang untuk menunggu kereta lewat (masuk) terlebih dahulu baru menyebrang. Beberapa kali terlihat para salah seorang dari petugas tadi meniupkan peluit untuk memperingatkan penumpang akan adanya kereta yang akan melintas. Namun tetap saja ada yang menyebrangi rel kereta. Secara umum para petugas ini akan bersikap tegas dalam melaksanakan tugas-tugasnya, tapi bukan berarti mereka tidak ramah. Di beberapa kesempatan penulis melihat para petugas ini bersenda gurau dengan penumpang-penumpang yang sudah akrab dengan mereka.
Sebagai penutup, penulis menyimpulkan bahwa dari tiga kali observasi tugas petugas pemeriksa karcis KRL adalah memeriksa karcis penumpang baik yang turun maupun yang hendak naik KRL dan mengawasi keselamatan penumpang di stasiun.
huft .
BalasHapussenangnya... jadi mhasiswa/mhsiswi fak psikologi...
apalagee d'UI .
oea,
kak mw jd psikolog atau ilmuwan psikologi ??
to _i am here to share my life_:
BalasHapusya, senang, suka n duka bercampur jadi 1 sepertiny.. hehe^^
hmm.. mau coba jadi keduanya aj dh, biar lebih bermanfaat..
hwehehe..
mohon doany juga ya, smoga bisa,
hoho..
wass..