Selasa, Februari 17, 2009

Mari Berbagi Hikmah dari Pengalaman

Ada benarnya idiom don’t judge book by its cover. Dan mungkin idiom ini perlu ditambahkan pula dengan “jangan sampai tertipu juga dengan judulnya”.. Hehe.. Ya, itulah pengalaman saya ketika membaca sebuah buku yang (saya kira) berjudul “11 Amanah Lelaki” yang ditulis oleh Bayu Gawtama dan diterbitkan oleh Gema Insani. Untungnya buku ini saya dapatkan dengan meminjam dari salah seorang sahabat saya. Jadi tidak kerugian secara finansial di sini.. hehe.. Entahlah sahabat saya itu merasakan hal yang sama dengan saya atau tidak. Tapi bisa jadi lebih, karena ternyata isi buku ini sangat berbeda dengan ekspektasi ketika anda pertama kali melihat judulnya. 11 Amanah Lelaki mungkin akan membuat asosiasi di otak anda bahwa isi buku ini adalah 11 tanggung jawab atau jurus-jurus yang harus dimiliki pria untuk bisa sukses dunia dan akhirat, karena penerbitnya saja Gema Insani, yang selama ini terkenal sebagai penerbit buku-buku islami. tapi, sekali lagi saya katakan, ternyata isi buku ini tidak tercermin dari judul utama buku ini. Meskipun demikian, saya yakin, saya tidak rugi waktu dengan meluangkan waktu membaca buku ini. Kenapa?

Saya menemukan buku ini pertama kali di meja sahabat yang menjadi teman kosan saya itu. Melihat buku itu sedang nganggur saya pun mengambilnya (tentunya dengan izin si empunya..). Judulnya sangat menarik, eye cathing gitu.. apalagi bagi yang sedang berusaha menjadi sosok laki-laki idaman.. ehem.. mungkin dari buku ini bisa ditemukan jurus-jurus ampuh untuk mencapainya.

Kemudian, saya pun beranjak dan membuka halaman daftar isi. Hemm.. saya agak heran, kenapa pembagian bab dalam buku ini tidak berdasarkan ke-11 jurus itu? Dan kenapa hanya ada 7 bab, yang sepertinya masing-masing bab tersebut hanya merupakan kumpulan kisah pengalaman dalam sautu kategori yang sama..? Big question mark muncul dalam benak saya.. Apa sebenarnya isi buku ini..?

Bab pertama yang bertajuk “Dan, Mutiara Itu Bernama Sahabat” pun saya baca. Kata demi kata, kalimat demi kalimat, hingga akhirnya satu bab yang ternyata berisi pengalaman masa lalu si penulis dengan sahabat-sahabatnya itu selesai saya baca. Pertanyaan tentang apa sebenarnya isi buku ini mulai bisa diterka jawabannya. Ternyata buuku ini berisi kumpulan pengalaman hidup si penulis yang kemudian ia coba gali hikmah dibaliknya.

Setelah menyadari bahwa ada indikasi buku ini lebih bercerita tentang pengalaman dan hikmah yang ada dibaliknya, sepertinya sangat menantang untuk mengetahui pengalaman-pengalaman apa lagi yang penulis ceritakan dalam buku ini. Dan saya pun berfikir bahwa “11 jurus” itu ada di antara kepingan-kepingan hikmah dari kisah-kisah ini. Buku inipun terus saya nikmati. Beberapa kisah yang penulis sampaikan dalam buku ini cukup memberikan kesan bagi saya.

Kisah pertama yang saya pikir sangat berkesan bagi saya adalah kisah yang berjudul “Mencoba Mengerti”. Kisah ini menceritakan pengalaman si penulis saat ia pernah menjadi seorang kenek (kondektur) angkot. Tidak lama penuilis (selanjutnya mari kita panggil “mas Gaw”) menjadi kenek. Karena sikapnya yang “menggratiskan” nenek-nenek tua maupun sahabat-sahabatnya serta tidak pernah marah terhadap penumpang yang tidak membayar ongkos sesuai tarif yang menumpang di angkot tempat ia bekerja, sang supir justru memecat mas Gaw dari pekerjaanya. Pengalaman menjadi kenek ini memberi banyak pelajaran bagi mas Gaw, terutama tentang bagaimana kehidupan sehari-hari berikut “suka-duka” menjadi seorang kondektur sehingga bisa memaklumi mengapa terkadang mereka marah minta ampun kalau ada penumpang yang membayar kurang dari tarif. Ya! Bagi orang-orang seperti itu, seratu-dua ratus rupiah (mungkin sekarang 500-1000) sangat berharga! Sangat “menentukan” bagaimana mereka bisa melanjutkan kehidupan mereka dan keluarganya. Mungkin banyak dari kita yang tidak mengerti hal ini sehingga kembalian kurang gopek saja kita ngomel-ngomel sampai mencaci-maki si supir angkot. Padahal, jika kita bisa memahami keadaan mereka, tentunya kita bisa bersikap lebih arif terhadap mereka.

Kisah kedua yang cukup memberikan kesan yang mendalam bagi saya adalah kisah yang mungkin lebih tepat disebut "curcol" alias curhat colongan dari Mas Gaw tentang kesehariannya sebagai seorang ayah. Di situ beliau menceritakan suka-duka menjadi seorang ayah. Bagaimana kecemasan seorang ayah akan masa depan keluarganya. Dengan rizki yang tersedia, apakah keluarga esok hari bisa terpenuhi kebutuhan perutnya, apakah anak tersayang besok bisa melanjutkan sekolahnya, dan berbagai kecemasan lainnya. Bagian ini membuat hati saya terenyuh saat membacanya. Baru sadar saya, ternyata begitu berat pengorbanan orang tua untuk membesarkan anak-anaknya, juga untuk menjaga keutuhan keluarga yang dimiliki. Duh.. Di Masa depan kan Insya Allah saya bakal jadi ayah juga (entah berapa tahun lagi.. yang jelas lulus kuliah dulu..). Ternyata tidak mudah ya! Hehehe..


Bagaimana dengan "11 jurus" yang saya cari.. Hehe.. tenyata memang tidak ada! lha buku ini bukan buku silat,, kok nyari jurus-jurus segala.. Salah lah yaw..^^


Ya.. tentunya masih banyak kisah-kisah lain dalam buku ini. Setiap kisah yang memiliki hikmah. Banyak yang begitu menyentuh dan erat sekali dengan kehidupan kita.. Baca saja sendiri untuk lebih lengkapnya.. hehe..


Terakhir, point penting yang saya tangkap dari buku ini adalah "jangan ragu untuk membagikan kisah-kisah dalam hidup kita yang mana dari kisah-kisah itu kita bisa memetik suatu hikmah dan pelajaran". Dengan berbagai, tentunya kita bisa memberikan sedikit ilmu kita tentang kehidupan ini pada orang lain. Tentunya tidak ada ilmu yang tidak berguna, sekalipun itu ilmu tentang kehidupan. Dan ingat, ilmu yang diamalkan pun menjadi salah satu bekal kita di akhirat kelak. Mungkin dengan membagikan hikmah dari kisah-kisah dalam kehidupan kita, kita bisa ikut menyebarkan nilai-nilai positif dari kehidupan dan mempertebal tabungan amal kita. semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar