Rabu, Juli 23, 2008

Sang Pengganti Raja

Di suatu kerajaan, tersebutlah seorang raja yang telah memasuki usia senja. Menyadari hidupnya mungkin tidak akan lama lagi berakhir, sang raja memutusakan untuk mencari orang yang akan menggantikan posisinya sebagai pemimpin di kerajaan tersebut.
Jika pada umunya seorang raja akan digantikan oleh keturunan atau orang-orang terdekatnya, tidak demikian dengan raja yang satu ini, ia justru hendak mengadakan sayembara untuk mencari siapa yang pantas menjadi menggantikannya memimpin kerajaan ini. Sayembara macam apakah yang diselenggarakan sang raja? Mengalahkan mahluk jahat? Memberantas kejahatan di kerajaan tersebut? Tidak! Sang raja justru membagikan sebutir biji kedelai pada setiap pemuda di kerajaan tersebut dan mengadakan sayembara “Menanam Biji”.
“Kubagian pada tiap-tiap dari kalian sebutir biji. Tanamlah, kemudian rawatlah tanaman yang tumbuh dari biji itu. Lalu, kembalilah satu tahun lagi dengan membawa tanaman tersebut. Barang siapa menunujukkan kepadaku tanaman yang terbaik, maka ialah yang akan menggatikanku menjadi raja di kerajaan ini.” Ucap sang raja dalam pidatonya.
Semua peserta sayembara terlihat antusias, sebab siapa yang nantinya akan menjadi ditentukan dari seberapa baik tanaman yang tumbuh dari biji ini, begitu pula Badu. Biji yang ia dapatkan ia tanam dan ia sirami air setiap harinya. Semakin hari terasa semakin mendebarkan menunggu munculnya tunas pertama dari tanaman tersebut. Waktupun terus berlalu, 1 minggu, 1 bulan, hingga akhirnya 6 bulan sudah berlalu, tak sepucuk tunaspun tumbuh dari sebutir biji pemberian raja yang ia tanam itu. Apakah ia kurang memberikan air dan pupuk untuk biji tersebut? Ataukah tanah pada pot tempat tanaman tersebut ditanam kurang subur? Badu sendiri tidak mengerti.
Sementara Badu masih gelisah karena tanaman indah yang diidam-idamkannya tidak kunjung tumbuh, peserta sayembara yang lain justru mulai saling membicarakan tanaman mereka yang tumbuh tinggi dan kian hari kian indah dipandang.
Akhirnya waktu 1 tahun yang diberikan raja untuk menumbuhkan biji yang ia berikan habis, tibalah hari dimana raja mengumpulkan para peserta sayembara untuk menilai siapa yang pantas menjadi pengganti dirinya berdasarkan bagaimana ia merawat tanaman yang tumbuh dari biji yang telah raja berikan.
Meskipun 1 tahun berlalu, tanaman yang ditunggu-tunggu Badu tidak kunjung tumbuh. Waktu telah habis sementara di pot miliknya tak satu tanamanpun tumbuh. Badu kehilangan hasratnya untuk datang membawa potnya ke istana. Namun sang ibu tetap medorongnya untuk datang dan menunjukkan yang sebenarnya, “ayo, jangan takut. Datanglah menghadap raja. Tunjuk­kan­­lah apa adanya..” Badupun datang ke istana.
Di istana semua peserta telah berkumpul. Masing-masing membawa pot berisi tanaman yang tumbuh dengan indah. Daunnya hijau segar, batangnya terlihat kokoh meskipun ukurannya kecil, dan bahkan beberapa diantaranya sudah memiliki bunga yang membuatnya makin elok dipandang. Rajapun memuji mereka.
“Kerja kalian luar biasa! Sungguh, bukan main indahnya tanaman yang kalian bawa.” Puji sang raja yang kemudian diiringi tepuk tangan dan sorak-sorai dari hadirin di istana tersebut. “Tapi yang akan menggantikanku sebagai raja ialah dia! Orang yang berdiri di belakang itu, yang membawa pot kosong.” Ucap sang raja sambil mengarahkan telunjuk kanannya ke arah Badu. Kali ini semua yang hadir di ruangan istana tersebut tersentak kaget, termasuk Badu. Mulut yang terbuka menunjukkan betapa kagetnya mereka. Mengapa seseorang yang “gagal” justru yang akan menjadi raja?
“Setahun yang lalu aku memberikan kepada masing-masing dari kalian sebutir biji untuk ditanam. Tapi semua biji itu telah kumasak terlebih dahulu sehingga tidak mungkin dapat tumbuh menjadi tanaman. Kalian semua kecuali Badu pasti telah mengganti biji yang kuberikan dengan biji yang lain. Hanya Badu yang dengan jujur dan berani datang kemari dengan membawa pot dengan biji yang telah kuberika setahun lalu. Karena itu Badu-lah yang kuangkat untuk menjadi penggantiku” Ungkap sang raja untuk menjawab kebingungan hadirin di ruangan itu sekaligus menegaskan alasannya memilih Badu sebagai raja selanjutnya.
Ternyata Badu tidaklah gagal, justru ia telah membuktikan dirinya berhasil menunjukkan kejujuran dan keberaniannya sebagai seorang calon pemimpin yang baik. Tidak salah kan pilihan sang raja?

Hikmah:
Dari cerita tersebut setidaknya kita akan mendapatkan 2 sifat (dari sekian banyak) yang harus dimiliki seorang pemimpin untuk menjadi pemimpin yang baik. Ya! Kejujuran dan keberanian! Seorang pemimpin yang baik haruslah seorang yang jujur, tidak menyeleweng, dan tidak pernah membohongi yang dipimpinya. Kejujuran seorang pemimpin akan menghadirkan kepercayaan dari yang dipimpinnya. Modal kepercayaan ini akan mendatangkan dukungan dan akhirnya berbuah pada kesejahteraan. Seorang pemimpin juga harus memiliki keberanian. Berani mengambil keputusan, berani menindak semua kejahatan dan kerusakan yang ada, berani karena benar, berani untuk jujur apa adanya, dll. Jangan lupakan pula bahwa kita semua adalah pemimpin, minimal untuk memimpin diri sendiri. Betul?!
Semoga bisa menjadi inspirasi bagi diri saya sendiri dan para pembaca sekalian. Hehehe...

Cerita disadur dari “Si Jujur dan Si Berani” dalam e-book Motivasi Net.

3 komentar:

  1. Hmm, kalo gitu pemerintahan yudhoyono sudah termasuk pemimpin yang baik dong... ya gak? pa sby udah berani mengeluarkan kebijakan yang gak populer demi kemaslahatan rakyat banyak (baca: kenaikan harga bbm)... kpk dan kejaksaan agung juga mulai getol angkepin koruptor.. jujur dan berani, kan? hidup sby!

    SBY for President!

    BalasHapus
  2. Benar-benar kisah berhikmah... Anyway, ada yang tw kisah hikmah pohon apel gak?

    BalasHapus
  3. to halexblue:
    heh! jangan kampanye di sini!!!
    di web lu sendiri aja sana..!

    hidup presiden muda!!!
    negeri ini butuh "darah segar" untuk perubahan..
    hohoho...

    wass

    BalasHapus