Selasa, Januari 08, 2008

Sang Juara

Suatu ketika ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba balap mobil mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab inilah saatnya babak final digelar. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan ini saatnya mereka memamerkan mobilny amasing-masing. Semua buatan sendiri, karena memang begitu peraturannya.

Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tidak sebagus mobil lain yang masuk final. Dibanding ketiga mobil mainan lainnya, mobil Mark-lah yang paling tidak sempurna. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedap-kedip diatasnya, tidak sebanding dengan hiasan mewah yang dimilik mobil lainnya. Namun Mark tetap bangga, karena bagaimanapun mobil mainan itu adalah buatannya sendiri. Namun, tidak demikian dengan anak-anak lain yang menonton pertandingan itu, beberapa dari mereka menyangsikan kemampuan mobil itu untuk berpacu melawan mobil-mobil lainnya.


Tibalah saatnya final kejuaraan mobil balap mainan dilangsungkan. Setiap peserta mulai bersiap di garis start untuk mendorong mobil mereka sekencang mungkin. Di setiap jalur lintasan telah siap 4 mobil, dengan 4 "pembalapnya". Lintasan tersebut berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Kemudian, tibalah saatnya start akan dimulai, namun, sesaat kemudian, Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak komat-kamit, matanya terpejam, menunduk, dan tangannya saling bertangkup, ia sedang memanjatkan doa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, "ya, aku siap!"

Dor! Tanda dimulainya lomba sudah dibunyikan. Dengan satu hentakan kuat, semua peserta mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobilpun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, memberi dukungan kepada jagoannya masing-masing. "ayo... Ayo cepat... Ayo maju... Maju...", begitu teriakan mereka. Ahaa.. Garis finishpun terlewati, pemenag lomba itu kini sudah ditentukan, dan Mark-lah pemenang lomba itu. Ya, semua penonton bersorak gembira, begitu pula Mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. "teima kasih."

Saat pembagian piala tiba, Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum sang ketua panitia memberikan pialanya, ia bertanya kepada Mark, "hai jagoan, pasti tadi kamu berdoa agar tuhan menjadikanmu pemenang dalam lomba ini, iya kan?". Mark terdiam, kemudian ia berkata "bukan pak, bukan itu yang aku panjatkan tadi". Ia berhenti sejenak, kemudian melanjutkan, "sepertinya tidak adil untuk meminta tuhan menolongmu mengalahkan orang lain, aku hanya memohon kepada-nya supaya nanti, apabila aku kalah, aku tidak menangis...".

Seluruh hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan tanda kekaguman dan kebanggaan mereka pada Mark.


Renungan:

Mungkin dalam setiap doa kita, kita selalu meminta Tuhan untuk menjadikan kita yang terbaik, menjadikan kita yang nomor 1, menjadikan kita pemenang dalam setiap ujian, sering pula kita berdoa pada-Nya untuk mengahalu semua cobaan dan hadangan yang ada di hadapan kita. Memang itu semua tidak salah, tidak ada pula yang melarang. Tetapi, bukankah yang kita butuhkan adalah tuntunan, bimbingan, panduan, serta kemudahan dari-Nya untuk mengadapi semua cobaan maupun ujian dalam hidup ini? Betul?!

-----
Dikutip dari sebuah
E-book berjudul Motivsi Net karya Ir. Andi Muzaki, SH, MT. (ni e-book dapet dari temen, tapi siapa ya? duh... kalo ada yang inget, harap menghubungi saya ya! hehe...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar